KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Anak usia
dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (undang-undang
sisdiknas tahun 2003)dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Anak
usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang perlu mendapatkan perhatian
serius. Sejak lahir, anak memiliki berbagai potensi yang dikaruniakan Tuhan. Potensi
tersebut perlu dirangsang dan difasilitasi agar dapat berkembang dengan
optimal. Banyak ahli menyatakan bahwa masa anak usia dini merupakan masa peka dan amat
penting bagi perkembangan anak. Stimulasi terhadap anak yang
dilakukan oleh orangtua maupun orang lain disekitar lingkungan anak akan
membekas kuat dan tahan lama. Kesalahan sedikit dalam memberikan stimulasi akan
berdampak negatif jangka panjang yang sulit diperbaiki.
Pada masa usia dini, anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental sangat pesat.
Sel-sel tubuh anak tumbuh dan berkembang dengan cepat. Pada tahap awal
perkembangan janin sampai anak lahir, terjadi perkembangan sel-sel otak luar
biasa. Makanan bergizi dan seimbang serta stimulasi terhadap anak sangat
diperlukan untuk mendukung perkembangan otak anak. Oleh karena itu pada masa
usia dini ini (0-6 tahun) sering disebut dengan masa emas atau golden age.
A. CIRI-CIRI
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Menurut
para ahli, pada usia dini terjadi beberapa periode perkembangan. Pada setiap
tahap perkembangan, seorang anak secara umum akan memperlihatkan ciri-ciri
khusus atau karakteristik tertentu yang hampir sama. Menurut Comenius (Kartini
Kartono, 1986: 34) periode perkembangan seorang anak terdiri empat tahap.
a. Anak usia 0-2 tahun
Secara umum
pada masa bayi anak usia 0-2 tahun, anak mengalami perubahan yang pesat bila
dibandingkan dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Anak sudah
memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang berupa: keterampilan lokomotor
(berguling, duduk, berdiri, merangkak dan berjalan), keterampilan memegang
benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar dan merasakan sentuhan), maupun
kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial terhadap orang-orang
sekelilingnya.
Segala bentuk stimulus (verbal
maupun nonverbal) dari orang lain akan mendorong anak untuk belajar tentang
pengalaman-pengalaman sensori dan ekspresi perasaan meskipun anak belum mampu
memahami kata-kata. Menurut Monks (1992:74-75) menyatakan bahwa stimulasi
verbal ternyata sangat penting untuk perkembangan bahasa. Hal ini disebabkan
kualitas dan kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan pemberian
reinforsement verbal. Stimulasi verbal yang terus menerus juga akan memudahkan
anak untuk belajar melafalkan suara-suara dan Dapat disimpulkan bahwa anak usia
dini merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia.
b. Anak usia 2-3 tahun
Pada fase ini
anak sudah memiliki kemampuan untuk berjalan dan berlari. Anak juga mulai
senang memanjat, meloncat, menaiki sesuatu dan lain sebagainya. Solehuddin
(1997: 38) berpendapat bahwa pada anak usia 2-3 tahun lazimnya sangat aktif
mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya. Anak memiliki kekuatan observasi yang
tajam. Anak juga menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru, mulai belajar
tentang jumlah, membedakan antara konsep satu dengan banyak dan senang
mendengarkan cerita-cerita sederhana, yang kesemuanya diwujudkan anak dalam
aktivitas bermain maupun komunikasi dengan orang lain. Kemampuan anak menguasi
beberapa patah kata juga mulai berkembang. Anak mulai senang dengan perckapan
walaupun dalam bentuk dan kalimat yang sederhana. Selain itu juga, sikap
egosentrik anak sangat menonjol. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan
yang dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain. Anak cenderung melakukan
sesuatu menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan
orang lain. Sebagai contoh, anak sering merebut mainan dari orang lain jika
anak menginginkannya.
c. Anak usia 3-4 tahun
Secara umum,
anak pada fase ini masih mengalami peningkatan dalam berperilaku motorik,
sosial, berfikir fantasi maupun kemampuan mengatasi frustasi. Untuk kemampuan
motorik, anak sudah menguasai semua jenis gerakan-gerakan tangan, seperti
memegang benda atau boneka. Akan tetapi sifat egosentriknya masih melekat.
Tingkat frustasi anak juga cenderung menurun. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya
secara lebih aktif atau sudah ada sifat kemandirian anak. Pada usia ini anak
memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih banyak kemandirian.
Dengan kehidupan fantasi yang dimilikinya ini, anak akan memperlihatkan
kesiapannya untuk mendengarkan cerita-cerita secara lebih lama, bahkan anak
juga sudah dapat mengingatnya. Selanjutnya dengan sifat kemandirian yang
dimilikinya mulai membuat anak tidak mau banyak diatur dalam
kegiatankegiatannya. Pada aspek kognitif anak juga sudah mulai mengenal konsep
jumlah, warna, ukuran dan lain-lain.
d. Anak usia 4-6 tahun
Ciri yang
menonjol anak pada usia ini adalah anak mempunyai sifat berpetualang
(adventuroussness) yang kuat. Anak banyak memperhatikan, membicarakan atau
bertanya tentang apa sempat ia lihat atau didengarnya. Minatnya yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan benda-benda di sekitarnya membuat anak senang
bepergian sendiri untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkugan disekitarnya
sendiri. Pada perkembangan motorik, anak masih perlu aktif melakukan berbagai
aktivitas. Sejalan dengan perkembangan fisiknya, anak usia ini makin berminat
terhadap teman sebayanya. Anak sudah menunjukkan hubungan dan kemampuan
bekerjasama dengan teman lain terutama yang memiliki kesenangan dan aktivitas
yang sama. Kemampuan lain yang ditunjukkan anak adalah anak sudah mampu
memahami pembicaraan dan pandangan orang lain yang disebabkan semakin
meningkatnya keterampilan berkomunikasi.
B. KEMAMPUAN
DASAR ANAK USIA DINI
a. Kemampuan
kognitif
Kemampuan
kognitif anak bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir agar dapat
mengolah perolehan belajarnya, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan
logika matematikanya serta pengetahuan akan ruang dan waktu serta mempersiapkan
pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Perkembangan
kemampuan kognitif anak menururt piaget
berada pada tahap praoperasional. Pada masa praoperasional, kemampuan
abstrak anak mulai tumbuh sehingga memungkinkan untuk berpikir simbolik
sekalipun anak masih berpikir secara egosentris.
b. Kemampuan
sosial emosional
Pengembangan
kemampuan sosial emosional anak bertujuan agar anak merasa percaya diri, mampu
bersosialisasi dengan orang lain. Untuk membentuk kemampuan sosial emosional
anak, orang tua atau guru dapat mengajak anak untuk berteman atau bergaul
dengan orang lain. Kegiatan pertemanan ini akan dapat memupuk rasa percaya diri
anak, membantu anak mengenali kebutuhannya sendiri dan mempelajari perasaan dan
emosi orang lain. Dan tak lupa interaksi dengan keluarga dan orang lain juga
akan membantu anak untuk membangun konsep dirinya. Dengan demikian anak dapat
mengembangkan kemampuan sosialnya, misalnya dengan bermain peran, dengan
belajar beberapa peran tersebut anak anak akan tahu mengenai baik atau buruk, boleh
atau tidak boleh dilakukan.
c. Kemampuan
nilai moral dan agama
Bertujuan
agar anak dapat mengenal penerapan tata cara beribadah atau berdoa sesuai agama
masing-masing, dan membiasakan mereka untuk hidup sesuai aturan agama tentunya
sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
d. Kemampuan
fisik motorik
Bertujuan
untuk memperkenalkan serta melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan
kemampuan mengelola, mengontrolgerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan
keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan
jasmani yang kuat, sehat dan terampil. Misalnya melompat, memanjat, melalui
rintangan, berguling.
e. Kemampuan
bahasa
Bertujuan
agr anak mampumengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat,
mampu berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan minat untuk dapat
berbahasa indonesia. Keterampilan berbahasa dan berbicara anak harus diasah
sejak dini, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, anak dapat diarahkan
untuk belajar menyimak, membaca, menulis dan berbicara.
Beberapa
metode yang pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk membantu kemampuan
berbahasa anak adalah bercerita,bermain peran. Kegiatan ini dapat dilakukan
sambil bermain.
f. Kemampuan
seni
Bertujuan
agar anak dapat menciptakan sesuatu berdsarkan imajinasinya, megembangkan
kepekaan, dan menghrgai hasil seni.
Hafidin
(2002) juga mengatakan bahwa pengembangn kemampuan seni anak dapat membantu
anak untuk mengekspresikan dirinya melalui dua macam karya seni yang meliputi:
·
Karya seni dua dimensi seperti yang diciptakan
anak melalui penggunaan cat, kapur, krayon, cat lukis tangan.
·
Karya seni tiga dimensi. Dalam karya
seni ini anak-anak memiliki kesempatan untuk menghasilkan karya seni yang
memiliki panjang, lebar, dan tinggi, seperti balok, kayu dan pasir.
C. KECERDASAN
JAMAK (MULTIPLE INTELEGENSI)
kecerdasan
jamak adalah kemampuan dari seseorang yang memiliki pengetahuan, ketrampilan
dan keahlian pada beberapa bidang yang dapat digunakan untuk memecahkan
persoalan dan menghasilkan sesuatu. Menurut Gardner (1993), teori kecerdasan
jamak yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual.
Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang
diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada
kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Padahal setiap orang mempunyai cara
yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan
hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu
menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi
orang lain.
Ada
delapan macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (1993), yaitu:
a.
Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan
bahasa adalah kecerdasan yang menguasai hal-hal yang berkaitan dengan bahasa.
Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau
membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol,
karena mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan
verbalisasi.
b.
Kecerdasan Matematika-Logika
merupakan suatu kemampuan untuk mendeteksi
pola berpikir deduktif, dan berpikir logis. Kemampuan ini sering
disosialisasikan dengan berpikir secara ilmiah dan matematis. Anak-anak dengan
kecerdasan matematis yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap
kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya dan kritis tentang berbagai
fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap
pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang
berhitung dan juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan
kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.
c.
Kecerdasan Visual Spasial
Anak-anak
dengan kecerdasan visual spasial yang tinggi cenderung berpikir secara visual.
Mereka kaya dengan khayalan internal, sehingga cenderung imaginatif dan
kreatif. Anak-anak ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi, seperti dijumpai pada oranag dewasa yang menjadi
pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
d.
Kecedasan Kinestetik
Anak-anak
dengan kecerdasan gerak di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh.
Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan
dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya, seperti yang
unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulutangkis, sepok bola dan
sebagainya atau bisa pula tampil pada anak yang pandai menari, terampil bermain
acrobat.
e.
Kecerdasan Musikal
Anak
dengan kecerdasan musik yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada.
Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan
berbagai permainan musik. Baik melalui senandung yang dilagukannya sendiri,
mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukkan orkestra atau alat-alat musik
yang dimainkannya sendiri.
f.
Kecerdasan Interpersonal
Anak
dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik
dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan
menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Kecerdasan ini juga sering disebut
sebagai kecerdasan sosial.
g.
Kecerdasan Intrapersonal
Anak
dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam
situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan
diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa
yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Beberapa di antaranya
cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialaog dengan dirinya
sendiri.
h.
Kecerdasan Alam
Anak-anak
dengan kecerdasan alam yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap
alam sekitar, hal ini dapat diajarkan dan dilatih sejak usia yang sangat dini.
Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam,
seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora,
benda-benda angkasa dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Siti
Aisyah, dkk.(2006). Pembelajaran terpadu.jakarta
universitas terbuka
Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
0 komentar:
Posting Komentar